(0382) 23726, +62 813-3932-6340
TRUK F Perkuat Kapasitas Tim Lewat Pelatihan MEAL: Mengukur, Belajar, dan Menghadirkan Perubahan Nyata untuk Perempuan dan Anak

TRUK F Perkuat Kapasitas Tim Lewat Pelatihan MEAL: Mengukur, Belajar, dan Menghadirkan Perubahan Nyata untuk Perempuan dan Anak

  • Kategori: Berita
  • Tanggal 12-08-2025

TRUK F Perkuat Kapasitas Tim Lewat Pelatihan MEAL: Mengukur, Belajar, dan Menghadirkan Perubahan Nyata untuk Perempuan dan Anak

 

Maumere, 8 Agustus 2025 – Awal Agustus 2025, ruang pelatihan TRUK F di Maumere dipenuhi semangat para staf dan relawan. Selama lima hari, mereka mengikuti Pelatihan Monitoring, Evaluation, Accountability, and Learning (MEAL) yang diselenggarakan pada 4–8 Agustus 2025.

Dua fasilitator berpengalaman, Retno dan Oji, memandu jalannya pelatihan dengan pendekatan yang interaktif dan membumi. Mereka tak hanya menyampaikan teori, tetapi juga mengajak peserta mempraktikkan setiap materi, mulai dari perbedaan program dan proyek, siklus manajemen proyek (PCM), penyusunan logframe, penentuan indikator, hingga teknik pengumpulan, penyimpanan, analisis, dan pelaporan data.

“MEAL bukan sekadar alat ukur. Ia adalah kompas yang memandu kita, memastikan setiap langkah program membawa dampak nyata,” ujar Retno di awal pelatihan.

Belajar dari Proses dan Kolaborasi

Melalui diskusi dan kerja kelompok (Makro, Mikro, dan Meso), peserta mencoba mempraktikkan wawancara dan koordinasi langsung dengan pihak pemerintah dan masyarakat. Proses ini memberi gambaran konkret tentang bagaimana data lapangan diperoleh dan diolah menjadi bahan pengambilan keputusan.

Rangkuman refleksi kegiatan menegaskan bahwa keberhasilan program tidak hanya diukur dari output, tetapi juga dari proses pelaksanaan, keterlibatan pihak terkait, dan keberlanjutan dampak. Monitoring dan evaluasi harus berjalan beriringan seperti dua rel kereta api yang menuju tujuan yang sama, memerlukan koordinasi yang kuat, dan dilandasi prinsip akuntabilitas serta transparansi.

Namun, tantangan juga muncul. Beberapa peserta menemukan bahwa panduan wawancara yang digunakan kurang relevan dengan konteks responden, mempengaruhi kualitas data yang diperoleh. Dari sini, muncul usulan untuk menyusun panduan yang lebih sesuai, menyederhanakan materi logframe, serta memastikan semua staf dan relawan memiliki persepsi yang sama tentang indikator dan tujuan program.

Suara dari Peserta

Setiap peserta membawa pulang kesan yang berbeda. Sum Lewar menilai MEAL sangat membantu dalam kerja program apa saja, walau ia merasa perlu waktu untuk belajar sendiri lagi. Ia menyarankan pemetaan indikator berdasarkan capaian. Erlin menekankan kekompakan tim sebagai kekuatan, “Dari tim ada kekompakan, saling mengingatkan. Pemateri punya metode bagus,” katanya.

Sr. Venli menyebut tahap analisis sebagai bagian paling menantang, sementara Osa bercerita dengan nada bercanda, “Hari pertama dan kedua masih semangat, tapi ketika masuk ke pelacakan data, rasanya gelap.” Om Valens memberi refleksi filosofis: “Aturan dan ukuran dalam MEAL itu kebutuhan untuk mengisi jiwa.” Yana menambahkan pentingnya koordinasi yang rapi, “dari activity sampai ke indikator.”

Bagi Wihelmina Nafis Naru, pelatihan ini membuka mata tentang pentingnya akuntabilitas dan transparansi. “Yang paling berkesan adalah proses belajar bersama yang melibatkan berbagai pihak. Suasananya terbuka dan kolaboratif,” ujarnya. Ia berharap MEAL menjadi budaya kerja TRUK F.

Margareta Yulianti Mbaru menyoroti manfaat mempelajari perbedaan program dan proyek serta alur MEAL. Ia menceritakan pengalamannya di kelompok Makro yang melakukan wawancara dengan Kepala UPTD PPA Sikka. “Itu pengalaman berharga untuk memahami alur koordinasi dengan pemerintah dan masyarakat,” tuturnya.

Sementara Marselinus Jago mengakui awalnya merasa cemas tidak mampu memahami semua materi. Namun, metode penyampaian yang sederhana membuatnya lebih percaya diri. Ia menekankan pentingnya semua staf memahami logframe dan indikator sebagai panduan kerja bersama.

Menuju Program yang Lebih Kuat

Sr. Fransiska Imakulata, SSpS, Ketua TRUK F menegaskan bahwa penguatan kapasitas MEAL adalah investasi jangka panjang. “Kita tidak mau kerja kita berhenti pada laporan kegiatan. Kita ingin melihat perempuan dan anak yang kita dampingi benar-benar merasakan perubahan dalam hidup mereka,” ujarnya.

Dari pelatihan ini, para peserta pulang dengan bekal keterampilan teknis dan kesadaran baru: bahwa setiap data adalah cerita, setiap indikator adalah komitmen, dan setiap evaluasi adalah peluang untuk memperbaiki diri. Dengan semangat ini, TRUK F siap melangkah lebih mantap dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak di Flores, memastikan setiap program tak hanya selesai di atas kertas, tapi juga berakar dalam kehidupan masyarakat.

Bagikan

Komentar