Seminar
dan Launching Buku Praktik Baik LBK: Mewujudkan Lingkungan Ramah Perempuan dan
Anak
Maumere, 19 Maret 2025 - Tim Relawan Untuk Kemanusiaan Flores
(TRUK F) sukses menggelar Seminar dan Launching Buku Praktik Baik Pengembangan
Layanan Berbasis Komunitas (LBK) di Kabupaten Sikka. Acara ini menjadi momentum
penting untuk memperkuat sinergi antara komunitas, pemerintah, dan organisasi
kemanusiaan dalam menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Komitmen Bersama untuk Perlindungan Perempuan dan Anak Dalam sambutannya, Ketua TRUK F, Sr.
Fransiska Imakulata, SSpS, menegaskan bahwa peluncuran buku ini bertujuan untuk
menginspirasi berbagai elemen masyarakat, khususnya pemerintah daerah, desa,
dan komunitas. Melalui buku ini, diharapkan praktik baik dari LBK Magepanda dan
Done dapat menjadi acuan bagi desa-desa lain dalam membangun lingkungan yang
lebih aman dan inklusif.
Asisten I Sekda Sikka, Fitrianita Kristiani, S.Sos., M.Si.,
menyampaikan apresiasinya terhadap TRUK F yang telah konsisten memperjuangkan
hak asasi manusia di Kabupaten Sikka sejak tahun 1967. Menurutnya, TRUK F,
pemerintah daerah, dan masyarakat merupakan 'tungku api kemanusiaan' yang terus
menyala untuk memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak.
"Pemerintah Kabupaten Sikka berkomitmen menciptakan
'Maumere Baru', di mana anak-anak dan perempuan mendapatkan hak-hak mereka
secara layak tanpa diskriminasi. Dengan dukungan LBK, kami percaya komunitas
bisa lebih tanggap dalam mendeteksi dan menangani kasus kekerasan," ujar
Fitrianita.
Cerita Inspiratif dari Lapangan Seminar ini juga menghadirkan
testimoni dari para pengurus LBK yang telah berperan aktif dalam komunitasnya.
Silvester Piston, Ketua LBK Bintang Kejora di Magepanda, membagikan
pengalamannya dalam membentuk LBK sebagai respons terhadap tingginya kasus kekerasan
dalam rumah tangga (KDRT). Dengan kolaborasi bersama pemerintah desa, tokoh
gereja, dan tokoh adat, LBK Magepanda menjadi pelopor dalam menangani kasus
kekerasan melalui pendekatan komunitas.
"Kami bekerja tanpa pamrih. Ini adalah kerja sosial yang
lahir dari kepedulian terhadap korban kekerasan. LBK hadir sebagai tempat
pertama bagi para korban untuk mendapatkan bantuan dan pendampingan,"
ungkap Silvester.
Sementara itu, Flora Kutu dari LBK Sinar Done, yang juga
berprofesi sebagai guru dan kader PKK, menceritakan perjuangannya menghadapi
berbagai tantangan, termasuk ancaman dan intimidasi. Namun, semangat Flora
tidak surut. Dengan dukungan TRUK F, ia terus mendampingi korban kekerasan di
desanya.
"Ada kasus seorang perempuan yang mengalami gangguan
jiwa setelah pulang dari migrasi. Berkat LBK, ia mendapatkan pendampingan yang
layak. Ini menjadi kekuatan bagi saya untuk terus berjuang bersama
komunitas," ujar Flora.
Suara Korban sebagai Agen Perubahan Kisah haru juga disampaikan oleh Ibu
Ati, seorang penyintas KDRT yang kini aktif sebagai agen LBK. Dengan penuh
emosi, ia menyampaikan rasa syukur atas dukungan LBK yang telah membantunya
menjalani hidup yang lebih aman dan tenteram.
"Saya tidak pernah menyangka akan berada di titik ini.
Dari korban, kini saya menjadi penggerak komunitas yang peduli terhadap
perempuan dan anak-anak. Suami saya pun mendukung penuh langkah saya,"
ujar Ati sambil terharu.
Langkah Strategis ke Depan Sesi diskusi yang dipandu oleh moderator Servinus H.
Nahak, M.Th., Lic, menyoroti perlunya harmonisasi Standar Operasional Prosedur
(SOP) antara LBK, TRUK F, dan pemerintah dalam menangani kasus kekerasan.
Selain itu, disepakati perlunya pelatihan paralegal bagi pengurus LBK untuk
memperkuat kapasitas hukum mereka.
Dafrosa Keytimu, Staf Divisi Pengorganisasian LBK TRUK F,
menekankan bahwa komunikasi yang efektif menjadi kunci dalam membangun jejaring
yang solid. Ia juga mendorong adanya koordinasi rutin antara LBK, pemerintah
desa, dan UPTD PPA untuk memastikan penanganan kasus berjalan optimal.
Harapan untuk Masa Depan Sebagai penutup, TRUK F berharap Buku Praktik Baik
ini dapat menjadi referensi bagi pembentukan LBK di desa-desa lain, guna
menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi perempuan dan anak-anak di
Kabupaten Sikka dan sekitarnya.
"Buku ini adalah langkah awal. Kami berharap ada lebih
banyak cerita sukses dari LBK di masa depan. Dengan kolaborasi semua pihak,
kita bisa menciptakan masyarakat yang bebas dari kekerasan," pungkas Sr.
Fransiska Imakulata.***