Ketika membaca data dari Kupang Tribun (2023), yang menunjukkan peningkatan signifikan kasus bunuh diri di NTT dalam lima tahun terakhir, kita mungkin hanya melihat angka. Namun, di balik angka-angka itu ada wajah-wajah muda yang semestinya masih memiliki harapan, mimpi, dan masa depan. Sebagian besar dari mereka adalah laki-laki, yang sering kali memikul beban tak terlihat: tekanan ekonomi, tuntutan sosial, dan harapan keluarga yang menggunung.
Bagi laki-laki muda ini, hidup sering kali menjadi arena pertarungan antara ekspektasi dan kenyataan. Dalam budaya yang memuliakan kekuatan dan keheningan laki-laki, ungkapan seperti "laki-laki tidak pernah bercerita" menjadi seperti palu yang memukul mereka untuk tetap diam, bahkan saat hati mereka berteriak minta tolong. Diam mereka bukanlah pilihan, tetapi kewajiban sosial yang mereka warisi.
Data terbaru menunjukkan peningkatan signifikan dalam kasus bunuh diri di Indonesia. Sepanjang Januari hingga Oktober 2024, tercatat 1.023 kasus bunuh diri secara nasional (Goodstats, 2024). Secara khusus, di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), data dari Polda NTT mengungkapkan bahwa pada tahun 2023 terdapat 7 laporan kasus bunuh diri. Namun, hingga pertengahan Januari 2024, belum ada laporan resmi mengenai kasus bunuh diri di wilayah tersebut (Victory News, 2024). Memasuki awal tahun 2025, situasi berubah dengan adanya dua kasus bunuh diri yang menggemparkan NTT. Kedua korban, seorang mahasiswa dan seorang personel TNI Angkatan Darat, ditemukan meninggal dunia akibat gantung diri (Penatimor, 2025).
Bayangkan seorang pemuda yang bergulat dengan tekanan untuk menghidupi keluarganya, sementara peluang kerja begitu sempit. Bayangkan dia duduk di sudut rumahnya, merasa seperti beban bagi orang-orang yang dia cintai. Dia mungkin mencoba mencari jalan keluar, tetapi merasa tak ada tempat untuk berbicara atau meminta bantuan. Dalam sunyi, dia melawan sendiri, sampai akhirnya menyerah.
Kisah ini bukan fiksi. Ini adalah kenyataan yang dialami banyak laki-laki muda di NTT. Menurut Kompas Health (2022), kurangnya akses terhadap layanan kesehatan mental memperburuk keadaan ini. Hanya ada satu rumah sakit rujukan kesehatan mental di wilayah tersebut, yang jelas tidak cukup untuk menjangkau kebutuhan masyarakat.
Namun, harapan tidak pernah benar-benar hilang. Kita memiliki kekuatan untuk mengubah narasi ini. Budaya diam yang selama ini dipelihara harus dihentikan. Kaum muda, khususnya laki-laki, perlu diberi ruang untuk berbicara tanpa takut dihakimi. Mengakui bahwa kita memiliki masalah bukanlah kelemahan; itu adalah langkah pertama menuju pemulihan.
Penting juga bagi kita semua untuk terlibat. Masyarakat, pemerintah, komunitas, dan keluarga memiliki peran besar untuk menciptakan lingkungan yang mendukung. Kampanye publik yang mengangkat pentingnya kesehatan mental harus dirancang dengan kreatif, menggunakan media sosial dan melibatkan tokoh-tokoh inspiratif untuk menyampaikan pesan bahwa "berbicara adalah kekuatan".
Peningkatan Layanan Kesehatan Mental Pemerintah perlu memperluas akses layanan kesehatan mental ke daerah-daerah terpencil. Jika rumah sakit tidak dapat menjangkau masyarakat, maka klinik keliling atau layanan telekonsultasi bisa menjadi solusi sementara.
Pendidikan Sejak Dini Mulai dari sekolah, anak-anak harus diajarkan pentingnya berbicara tentang perasaan mereka. Guru dan pendidik harus dilatih untuk mendeteksi tanda-tanda awal depresi atau kecemasan pada siswa.
Pelibatan Komunitas Lokal Pemimpin agama dan tokoh masyarakat, yang memiliki pengaruh besar di NTT, harus diajak menjadi bagian dari solusi. Mereka bisa menjadi jembatan antara individu yang membutuhkan bantuan dan layanan yang tersedia.
Menciptakan Peluang Ekonomi Stres akibat tekanan finansial adalah salah satu pemicu terbesar bunuh diri. Program pemberdayaan ekonomi lokal, seperti pelatihan keterampilan dan bantuan modal usaha, harus diperluas.
Kita tidak bisa membiarkan narasi kelam ini terus berlanjut. Setiap laki-laki muda di NTT perlu tahu bahwa dia tidak sendirian, bahwa ada orang-orang yang peduli, dan bahwa hidupnya berharga. Ungkapan lama "laki-laki tidak pernah bercerita" harus digantikan dengan "laki-laki berani berbicara".
Hidup adalah anugerah yang harus dijaga. Mari kita bergandengan tangan, menciptakan lingkungan yang mendukung, dan memberikan harapan baru bagi mereka yang merasa tidak ada jalan keluar. Kita bisa membuat perubahan, satu langkah kecil demi satu langkah kecil, hingga tak ada lagi cerita tragis yang harus kita dengar.
Sumber:
Kupang Tribun (2023). "Fenomena Bunuh Diri di NTT dan Faktor Pemicunya".
Kompas Health (2022). "Akses Kesehatan Mental di Daerah Terpencil Indonesia".
Goodstats (2024). "Angka Kasus Bunuh Diri di Indonesia Meningkat".
Victory News (2024). "Laporan Polda NTT Mengenai Kasus Bunuh Diri".
Penatimor (2025). "Duka di Awal 2025: Dua Kasus Gantung Diri di NTT".