Maumere, Nusa Tenggara Timur – Sejak awal
masa kepemimpinannya pada tahun 2013, Paus Fransiskus telah menghadirkan arah
baru dalam kehidupan Gereja Katolik. Ia menyerukan perubahan mendasar dalam
cara Gereja hadir di tengah dunia: bukan hanya sebagai lembaga keagamaan yang
nyaman dalam ritus dan struktur, melainkan sebagai komunitas yang terlibat
langsung dalam penderitaan umat manusia.
"Saya
lebih menginginkan Gereja yang memar, terluka, dan kotor karena keluar ke
jalan-jalan, daripada Gereja yang sakit karena tertutup dan karena terobsesi
pada kenyamanannya sendiri." Evangelii
Gaudium, No. 49
Paus
Fransiskus secara konsisten menunjukkan keberpihakan kepada mereka yang paling
rentan—kaum miskin, pengungsi, korban kekerasan, serta semua yang mengalami
ketidakadilan struktural. Dalam ensiklik Fratelli Tutti (2020), beliau
menegaskan pentingnya membangun persaudaraan global, yang melampaui batas-batas
budaya, agama, dan bangsa.
"Kita
dipanggil untuk membangun persaudaraan universal yang mencerminkan kasih Allah
kepada setiap makhluk." Fratelli
Tutti, No. 92
Lebih jauh,
Paus juga menekankan pentingnya pendekatan yang inklusif dan dialogis dalam
merespons dinamika sosial-politik dunia:
"Dialog
sosial sejati melibatkan kemampuan untuk menghargai sudut pandang orang lain,
dan menghormati martabat setiap manusia sebagai anak Allah." Fratelli Tutti, No. 203
Salah satu
semangat yang begitu menginspirasi kerja-kerja TRUK F di Flores adalah seruan
Paus agar Gereja menjadi “Gereja yang luka”, yang hadir di tengah luka dunia:
"Kita
dipanggil untuk menjadi Gereja yang luka karena hadir di tengah luka dunia,
bukan hanya Gereja yang rapi dalam ritus." (Parafrasa dari Evangelii Gaudium, No. 49)
Paus
Fransiskus juga tidak henti-hentinya menyerukan perubahan terhadap sistem
ekonomi global yang eksploitatif dan budaya patriarki yang menindas perempuan.
Dalam pidatonya kepada Gerakan Rakyat Dunia, beliau menegaskan:
"Tidak
ada demokrasi yang nyata dengan ketimpangan ekonomi yang begitu besar. Dunia
tidak dapat berjalan maju dengan sistem yang mengecualikan mayoritas umat
manusia." Bolivia, 9 Juli 2015
Sementara
dalam refleksinya tentang peran perempuan dalam kehidupan sosial dan Gereja,
beliau menyatakan:
"Kita
tidak bisa berpura-pura memiliki masa depan yang adil dan damai jika kita tidak
memberikan ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi penuh dalam semua dimensi
kehidupan." Audiensi Umum, 15 April 2015
Seluruh
seruan, tindakan profetik, dan teladan hidup Paus Fransiskus menjadi fondasi
spiritual dan inspirasi moral dalam setiap kerja kemanusiaan TRUK F dari
pendampingan korban kekerasan berbasis gender, penguatan komunitas akar rumput,
pemberdayaan penyintas, hingga advokasi untuk perubahan kebijakan publik. Semua
dijalankan dalam semangat solidaritas, dialog, dan keberpihakan terhadap yang
tertindas.
TRUK F
menyampaikan doa dan simpati mendalam atas kondisi kesehatan Paus Fransiskus
yang belakangan ini dilaporkan menurun. Kami mendoakan agar Bapa Suci
senantiasa diberi kekuatan, penghiburan, dan damai dalam pelayanannya yang
mulia di masa senjanya. Apabila kelak waktunya tiba dan Tuhan memanggilnya
pulang, TRUK F menyampaikan rasa terima kasih yang tulus atas warisan kasih,
keberanian, dan keberpihakan beliau kepada kemanusiaan.
Dalam
semangat yang diwariskan oleh Paus Fransiskus, TRUK F berkomitmen untuk terus
melayani dengan hati, berjalan bersama yang kecil dan terpinggirkan, serta
menghadirkan wajah Allah yang penuh cinta, keadilan, dan harapan bagi dunia.