(0382) 23726, +62 813-3932-6340
TRUK-F Gelar Workshop Hari Kedua: Perkuat Kapasitas Pendamping Disabilitas dan Komitmen Inklusi

TRUK-F Gelar Workshop Hari Kedua: Perkuat Kapasitas Pendamping Disabilitas dan Komitmen Inklusi

TRUK-F Gelar Workshop Hari Kedua: Perkuat Kapasitas Pendamping Disabilitas dan Komitmen Inklusi


Workshop Hari Kedua: Perkuat Kapasitas Pendamping Disabilitas dan Komitmen Inklusi

Maumere, 24 Januari 2025 – Perkumpulan Divisi Perempuan TRUK-F bekerja sama dengan Mensen Met Een Missie Belanda kembali menggelar hari kedua Workshop Penguatan Kapasitas Pendamping Disabilitas di Aula Hotel Sea World, Waiara, Maumere. Workshop ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman pendamping terkait hak-hak penyandang disabilitas serta mendorong kebijakan yang lebih inklusif.

Refleksi Hari Pertama dan Diskusi Mendalam

Hari kedua dibuka dengan tinjauan ulang oleh Mama Heni, yang menyoroti pentingnya pendamping memahami tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas. Para peserta didorong untuk lebih aktif dalam menyuarakan pendapat serta berbagi pengalaman guna memperkuat praktik pendampingan.

Sesi dilanjutkan dengan materi dari Mama Elen, yang membahas perbedaan mendasar antara Difabel dan Disabilitas. Ia menekankan bahwa difabel lebih merujuk pada keunikan individu, sementara disabilitas berfokus pada hambatan sosial dan lingkungan yang menghambat partisipasi seseorang.

Diskusi mengenai Undang-Undang Penyandang Disabilitas memantik berbagai tanggapan peserta. Ibu Osa dan Pak Dus menilai bahwa UU ini masih kurang inklusif dan sulit diimplementasikan. Nong Hans (Tunanetra) juga mengkritisi bahwa kebijakan yang ada masih berorientasi pada pemberian bantuan, bukan pemberdayaan yang berkelanjutan.

Sr. Ika memberikan refleksi mendalam terkait perbedaan konsep "difabel" dan "disabilitas" setelah mengikuti diskusi selama dua hari. Menurutnya, pemahaman ini semakin membuka wawasan akan pentingnya inklusi sosial dan perlindungan bagi komunitas difabel.

Suara Difabel: Kami Tidak Butuh Dikasihani, Kami Butuh Kesempatan!**

Sesi ini menghadirkan aspirasi komunitas difabel yang selama ini sering diabaikan. Beberapa pesan penting yang disampaikan antara lain:

  • "Kami ada, kita setara."
  • "Jangan bicara tentang kami tanpa kami."
  • "Yang menjadi masalah bukan fisik kami, tetapi masyarakat dan lingkungan yang tidak menerima kami."
  • "Kami tidak butuh dikasihani, tetapi kami butuh diterima, diberi ruang, dan diberi kesempatan."

Pesan ini menjadi pengingat bahwa tantangan utama yang dihadapi penyandang disabilitas bukan hanya keterbatasan fisik atau mental, tetapi juga sistem sosial yang belum inklusif.

Praktik Baik di Kabupaten Sikka: Membangun Masyarakat yang Lebih Inklusif

Ibu Elen memaparkan berbagai inisiatif yang telah diterapkan di Kabupaten Sikka untuk mendukung penyandang disabilitas, di antaranya:

Pengorganisasian Disabilitas:

  • FORSADIKA (Forum Sahabat Disabilitas Kabupaten Sikka)
  • Kelompok difabel desa dan kelurahan
  • TTS & KONEKSI (Komunitas Ragam Disabilitas)
  • Aliansi Peduli Inklusi (API)

Dukungan Pemerintah:

  • Kolaborasi dengan BAPERIDA, Dinas Sosial, BPBD, Dinas PUPR, DP2KBP3A, Polres Sikka, BAWASLU, dan KPU Sikka.
  • Unit Layanan Disabilitas (ULD) di DP2KBP3A untuk meningkatkan layanan inklusif.

Fasilitas Publik Ramah Disabilitas:

  • Kantor Pajak, Polres, Kejaksaan, Laboratorium Kesehatan Sikka, UNIPA, Gereja Thomas Morus & Nagahure, Kantor ATR/BPN, dan BPJS Kesehatan telah memiliki fasilitas aksesibilitas.
  • Namun, pemanfaatannya masih perlu ditingkatkan melalui sosialisasi dan evaluasi yang lebih baik.

Regulasi dan Kebijakan:

  • Kabupaten Sikka telah memiliki regulasi terkait disabilitas, tetapi masih perlu kajian ulang agar lebih sesuai dengan kebutuhan komunitas difabel.

Sesi Simulasi: Menjadi Penyandang Disabilitas untuk Sehari

Peserta workshop diajak untuk melakukan simulasi guna memahami tantangan sehari-hari yang dihadapi penyandang disabilitas, di antaranya:

  • Menggunakan tongkat sebagai tunanetra untuk merasakan hambatan aksesibilitas.
  • Berjalan dengan alat bantu sebagai penyandang tunadaksa untuk memahami kesulitan dalam mobilitas.
  • Berkomunikasi dengan bahasa isyarat untuk memahami tantangan yang dihadapi komunitas Tuli.

Pengalaman langsung ini memberikan wawasan bagi peserta mengenai pentingnya lingkungan yang ramah disabilitas dan peran pendamping dalam membantu mereka mengakses hak-haknya dengan lebih baik.

Rencana Tindak Lanjut: Langkah Nyata untuk Inklusi

Sebagai komitmen pasca-workshop, berbagai pihak menyusun langkah-langkah strategis guna memperkuat layanan dan kebijakan bagi penyandang disabilitas:

📌 UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (Ibu Yani)

  • Meningkatkan aksesibilitas kantor dengan ram/handrail, iklan audio, dan tempat duduk ramah difabel.
  • Mengusulkan Peraturan Bupati (Perbup) tentang hak-hak penyandang disabilitas.

📌 Unit PPA Polres Sikka

  • Siap berkoordinasi dalam penyusunan Perbup Ramah Disabilitas.

📌 Dinas Sosial (DINSOS)

  • Mendorong pengesahan Peraturan Daerah (Perda) tentang Disabilitas.
  • Akan menyelenggarakan pelatihan bahasa isyarat untuk tenaga pendamping dan ASN.

📌 SLB Bina Kasih (Bapak Emil)

  • Siap menjadi pendamping hukum bagi korban penyandang disabilitas.
  • Akan memastikan sekolah bebas dari kekerasan terhadap anak difabel.

📌 Perwakilan Rutan Sikka

  • Meminta komunitas disabilitas untuk melakukan sosialisasi terkait fasilitas ramah difabel di rutan.

📌 LBK Waira

  • Akan mengalokasikan anggaran khusus untuk penyandang disabilitas dalam Musrenbangdes 2026.

📌 Forsadika (Nong Hans)

  • Meminta keterlibatan dalam kampanye dan advokasi kebijakan disabilitas.

📌 TRUK-F (Sr. Ika, SSpS)

  • Mengundang peserta menghadiri Hari Doa Internasional bagi Korban Perdagangan Manusia (8 Februari 2025).
  • Melibatkan penyandang disabilitas sebagai pembicara dalam berbagai kegiatan inklusif.

📌 Peringatan Hari Disabilitas Sedunia (3 Desember 2025)

  • Ibu Heni mengajak seluruh peserta untuk berpartisipasi dalam perancangan dan pelaksanaan kegiatan dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Sedunia.

Komitmen Bersama untuk Inklusi yang Berkelanjutan

Workshop ditutup dengan refleksi dari Sr. Ika, yang menekankan bahwa dua hari diskusi ini telah membuka wawasan yang lebih luas tentang hak-hak penyandang disabilitas. TRUK-F dan seluruh mitra berkomitmen untuk mewujudkan lingkungan yang lebih adil, inklusif, dan ramah bagi semua.

💙 #InklusiUntukSemua #KamiAdaKitaSetara #DisabilitasBukanHalangan

Bagikan

Komentar